Beranda | Artikel
Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq
Rabu, 23 Juni 2021

Khutbah Pertama:

الحمد لله الذي اصطفى أولياءه، وفاضل بينهم في الرتبة والمكانة، والصلاة والسلام على رسول الله، أحب الخلق إلى الله، وصحابته أفضل الناس بعد الأنبياء والمرسلين.

وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله

{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} [آل عمران: 102]

أما بعد:

Kaum muslimin,

Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Menaati perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya dimanapun kita berada. Dan dalam kondisi apapun. Saat di tengah keramaian maupun sendirian. Dan saau sempit maupun lapang.

Ibadallah,

Sesungguhnya manusia terbaik di tengah umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ini adalah mereka yang dipilih oleh Allah untuk menemani perjuangan Nabi-Nya itu dalam menyebarkan, mendakwahkan, dan memperjuangkan Islam. Mereka adalah para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

إن الله نظر في قلوب العباد، فوجد قلب محمد ﷺ خير قلوب العباد، فاصطفاه لنفسه، فابتعثه برسالته، ثم نظر في قلوب العباد بعد قلب محمد، فوجد قلوب أصحابه خير قلوب العباد، فجعلهم وزراء نبيه

“Sesungguhnya Allah melihat hati para hamba. Dia dapati hati Muhammad adalah hati yang terbaik dari seluruh hamba-Nya. Karena itu ia pilih untuk diri-Nya (menjadi kholil-Nya). Dan Dia utus membawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati-hati selain hatinya Muhammad. Ternyata hati para sahabatnya adalah hati-hati yang terbaik. Dia jadikan mereka sebagai orang-orang yang membantu Nabi-Nya itu.”

Diriwayatkan dari al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 خير الناس قرني، ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم

“Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang berada di generasiku. Kemudian setelahnya. Kemudian setelahnya.”

Allah Ta’ala pun telah memuji para sahabat dengan firman-Nya,

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” [Quran At-Taubah: 100]

Demikian juga dengan firman-Nya,

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانًا

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.” [Quran Al-Fath: 29]

Kedudukan tinggi para sahabat, juga langsung disabdakan melalui lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Beliau bersabda,

لا تسبوا أصحابي، فلو أن أحدكم أنفق مثل أحد، ذهبًا ما بلغ مد أحدهم، ولا نصيفه

“Jangan kalian cela sahabatku. Seandainya kalian berinfak dengan emas sebesar Bukit Uhud, hal itu tidak akan mampu menandingi satu mud (dua telapak tangan) atau bahkan setengah mud infak mereka.” [HR. al-Bukhari dan Muslim].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Siapa yang mengamati dan meneliti kehidupan suatu kelompok masyarakat. Melihat karunia Allah pada mereka. Pasti dia akan meyakini bahwa para sahabat memang orang-orang terbaik setelah para nabi. Tidak ada kelompok orang yang lebih baik dari mereka sebelum dan sesudah mereka. Mereka adalah pilihan dari pilihan dari umat ini. Dan umat ini adalah umat terbaik dan umat yang paling mulia di sisi Allah.”

Dari kelompok para sahabat ini, ada yang paling utama di tengah mereka, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu. Nama asli beliau adalah Abdullah bin Utsman at-Taimi. Beliau adalah ash-shiddiq. Khalifah rasyid yang pertama. Laki-laki pertama yang memeluk Islam. Paling dekat persahabatannya dengan Rasulullah. Dan paling beliau cintai. Abu Bakar-lah yang menemani Rasulullah hijrah dan bersembunyi di Gua Hira. Allah Ta’ala mengabadikan peristiwa itu dengan firman-Nya,

ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

“Sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. [Quran At-Taubah: 40]

Dalam firman-Nya yang lain,

وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمْ الْمُتَّقُونَ

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” [Quran Az-Zumar: 33]

Yang paling pertama dalam membenarkan Nabi Muhammad adalah Abu Bakar ash-Shiddiq.

Allah juga berfirman,

وَسَيُجَنَّبُهَا الأَتْقَى (17) الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى (18) وَمَا لأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى (19) إِلاَّ ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الأَعْلَى (20) وَلَسَوْفَ يَرْضَى

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” [Quran Al-Lail: 21]

Para ahli tafsir menjelaskan bahwa ayat ini mencerita tentang Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.

Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu berkata,

رأيت رسول الله ﷺ وما معه إلا خمسة أعبُدٍ وامرأتان وأبو بكر

“Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (di awal Islam). Bersamanya hanya ada lima orang budak, dua orang wanita, dan Abu Bakar.” [HR. al-Bukhari]

Rasulullah menggelarinya dengan ash-shiddiq. Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Suatu hari Rasulullah bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman menaiki Uhud. Beliau bersabda,

أُثبت، فإنما عليك صديقٌ وشهيدان

“Tenanglah Uhud. Sungguh di atasmu iniada seorang shiddiq dan dua orang syahid.” [HR. al-Bukhari dan Muslim].

Dari Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhu, ia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

من أحب الناس إليك؟ قال: «عائشة»، فقلت: من الرجال؟ قال: «أبوها». أي أبو بكر الصديق

“Siapakah orang yang paling Anda cintai”? Beliau menjawab, “Aisyah.” Aku bertanya lagi, “Dari kalangan laki-laki”? Nabi menjawab, “Ayahnya.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]. Ayah Aisyah adalah Abu Bakar ash-Shiddiq.

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu, ia berkata, 

كنا نُخَيِّر [أي: نُفضِّل] بين الناس في زمن النبي ﷺ فنُخيِّر [أي: نُفضِّل] أبا بكر، ثم عمر بن الخطاب، ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم

“Kami memilih-milih orang (siapa yang paling utama) yang hidup di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu kami pilih Abu Bakar. Setelah itu Umar bin al-Khattab. Kemudian Utsman bin Affan -semoga Allah meridhai mereka semua.” [HR. al-Bukhari].

Karena agungnya kedudukan Abu Bakar di dalam Islam, sampai-sampai para ulama menyatakan bahwa mencela Abu Bakar adalah perbuatan kemurtadan. Keluar dari Islam. mengapa? Karena begitu banyak dalil-dali dari Alquran dan sunnah yang dia ingkari. Padahal mengingkari Alquran satu huruf pun, maka hukumnya kafir. 

Pencela Abu Bakar telah mengingkari keutamaan Abu Bakar, dimana para sahabat semuanya sepakat mengangkatnya menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Atas karunia Allah kemudian jasa Abu Bakar, umat ini tetap satu sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka tetap memiliki kekuatan. Dan orang-orang munafik dan kafir gagal mengambil kesempatan dan keuntungan.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu, ketika terjadi peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah. Ada perbedaan pendapat tentang siapa yang akan dibaiat jadi pemimpin sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umar berkata, “Terjadi perdebatan dan angkat suara hingga aku khawatir akan terjadi perselisihan. Lalu kukatana, ‘Berikan tanganmu padaku, Abu Bakar’! Ia pun menjulurukan tangannya. Kemudian orang-orang Muhajirin membaiatnya. Lalu diikuti orang-orang Anshar’.”

Mengapa sesederhana itu untuk menghentikan perdebatan? Karena Muhajirin dan Anshar tahu kedudukan Abu Bakar. Sehingga mereka tidak ragu-ragu membaiatnya.

أقول ما تسمعون وأستغفر الله لي ولكم فاستغروه، إنه هو الغفور الرحيم.

Khutbah Kedua:

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، أما بعد:

Ibadalalh,

Dulu, para generasi salaf umat ini sangat bersemangat untuk mempelajari biografi dan kisah hidup orang-orang mulia dan generasi awal Islam. Tujuannya agar menambah rasa cinta pada generasi paling utama ini. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

أنه جاء رجل إلى رسول الله ﷺ فقال: يا رسول الله، كيف ترى في رجلٍ أحبَّ قومًا ولمَّا يلحق بهم؟ قال رسول الله ﷺ: «المرء مع من أحب».

“Ada seseorang datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda tentang seseorang yang mencintai suatu kaum padahal mereka tak sempat berjumpa dengan yang mereka cintai’? Rasulullah menjawab, ‘Seseorang akan dikumpulkan dengan orang yang mereka cintai’.” [HR. al-Bukhari dan Muslim].

Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam Jami’ Bayanul Ilmi wa fadhlihi. Ibnu Abdil Bar menyatakan bahwa Masruq rahimahullah berkata, “Cinta pada Abu Bakar dan Umar kemudian mempelajari keutamaan mereka adalah termasuk sunnah.”

Diriwayatkan al-Lalikai bahwa ada yang bertanya pada Hasan al-Bashri rahimahullah, “Apakah mencintai Abu Bakar dan Umar termasuk sunnah”? Hasan menjawab, “Tidak. Itu adalah kewajiban.”

Kaum muslimin,

Kenali dan pelajarilah perjalanan hidup para sahabat. Baik Muhajirin maupun Anshar. Ingat-ingatlah keutamaan dan kedudukan mereka dalam Islam. Karena hal ini dapat menambah rasa cinta pada mereka dan menambah rasa rindu untuk berjumpa. Sementara seseorang akan dikumpulkan di hari kiamat nanti bersama orang-orang yang mereka cintai. Oleh karena itu, janganlah kita termasuk orang-orang yang membenci para sahabat. Merendahkan atau meremehkan mereka. Dan hal-hal lain yang tidak menghormati mereka.

Waspadailah kelompok-kelompok yang menanamkan kebencian kepada para sahabat. Atau bahkan sampai mengkafirkan para sahabat seperti kelompok Syiah. Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Apabila engkau melihat seseorang yang mencela salah seorang dari sahabat Nabi, curigailah orang tersebut hendak merusak Islam.”

Imam Malik rahimahulla berkata tentang orang-orang yang mencela sahabat, “Mereka itu sebenarnya ingin mencela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun tidak mungkin ditujukan secara langsung. Sehingga mereka mencela sahabat Nabi hingga Nabi dituduh sebagai orang-orang yang buruk. Karena seandainya Nabi orang yang shaleh, pastilah bersahabat juga dengan orang yang shaleh.”

وَاعْلَمُوْا أَنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الُهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثاَتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ فِي الدِّيْنِ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

فَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ اِجْتَمِعُوْا وَلَا تَتَفَرَّقُوْا اِجْتَمِعُوْا عَلَى دِيْنِ اللهِ اِجْتَمِعُوْا عَلَى مَا فِيْهِ الصَّلَاحُ فِي دِيْنِكُمْ وَدُنْيَاكُمْ فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ، شَذَّ فِي النَّارِ

وَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى النَّبِي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ مَرَّةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا اَللَّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا مَحَبَّتَهُ وَاتِّبَاعَهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا اَللَّهُمَّ تَوَفَّنَا عَلَى مِلَّتَهُ اَللَّهُمَّ احْشُرْنَا فِي زَمْرَتِهِ اَللَّهُمَّ اسْقِنَا مِنْ حَوْضِهِ اَللَّهُمَّ أَدْخِلْنَا فِي شَفَاعَتِهِ اَللَّهُمَّ اجْمَعْنَا بِهِ فِي جَنَّاتٍ النَّعِيْمٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ ارْضَى عَنْ خُلَفَائِهِ الرَاشِدِيْنَ وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ عَنِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غَلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ الرَؤُوْفُ الرَحِيْمُ أَمَّا بَعْدُ.

فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا.يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

(إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا(

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/5852-keutamaan-abu-bakar-ash-shiddiq.html